Senin, 16 Mei 2011

TUGAS KELOMPOK PENDIDIKAN

Topic         : Ruang lingkup pendidikan usia pra sekolah

BERMAIN PADA USIA PRA SEKOLAH  di TK BUNAYYA II

PERENCANAAN
Pendahuluan
Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran yang berlangsung dalam suatu pola kehidupan. Proses pendidikan merupakan rangkaian peristiwasosialyang dinamis yang didalamnya berlangsung proses manajerial dan operasional untuk melaksanakan perubahan kualitas tingkahlaku, kognisi, dan lainnya. Hasil pendidikan berupa peningkatan pengetauan yang mampu meningkatkan taraf hidup sebagai pribadi, pekerja, warga, serta berguna untuk diri juga untuk keluarga dan bagi lingkungan.
Untuk menghasilkan hasil pendidikan yang lebih baik, penulis berpendapat bahwa anak usia pra sekolah perlu mendapat perhatian serius dalam pendidikannya sehingga anak diharapkan menjadi manusia yang berguna yang memiliki kompetensi dan daya pikir yg tinggi serta pemahaman terhadap situasi lingkungan yang baik. Dimana pada masa pendidikan usia pra sekolah, anak-anak cenderung masih individual dan tidak terlalu tertarik untuk bersosialisasi dengan teman dan lingkungan nya. Anak usia pra sekolah juga masih takut atau tidak mau berinteraksi dengan orang yang baru ditemui nya. Kebanyakan hanya dengan orang yang sudah familiar seperti keluarga atau sanak sodara. Penulis melihat hal seperti ini terjadi di TK Bunayya II yang terdapat di Jl. Beo no.76 G , Dimana keponakan salah seorang dari tim penulis sangat suka bercerita tentang segala hal yang terjadi di sekolahnya. Dalam ceritanya ia mengatakan beberapa hal yang menjadi perhatian dan menjadi bahan observasi penulis. Teman sekelas nya yang bernama Nadia tidak memiliki teman makan siang bersama. Menurut cerita hal ini dikarenakan ketika berada di kelas nol kecil, Nadia tidak bermain dan melakukan kegiatan bersama teman-teman nya. Di waktu isitirahat ia bersama ibunya. Dan ketika bermain rumah-rumahan, Nadia lebih meilih untuk duduk-duduk saja. Nadia jarang terlihat bermain bersama teman-temannya. Hal ini tidak baik bagi perkembangan fisik-motorik, kecerdasan dan sosial emosional. Karena seharusnya tahap usia dini adalah masa awal tumbuh kembangnya anak baik secara fisik, kognitif, emosional, dan psikososial. Pada masa inilah anak banyak melakukan aktifitas bermain.
Atas dasar tersebut diatas penulis akan mengamati pelaksanaan pendidikan pra sekolah yang dimana dalam hal ini pendidikan taman kanak kanak akan berpengaruh terhadap keberhasilan kegiatan pendidikan di jenjang yg lebih lanjut. Penulis memilih pendidikan anak pra sekolah dengan judul ”manfaat bermain pada anak usia pra sekolah”. Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, tahap usia dini adalah masa awal tumbuh kembangnya anak baik secara fisik, kognitif, emosional, dan psikososial. Pada masa inilah anak banyak melakukan aktifitas bermain. Di tahap ini anak mengalami perkembangan fisik yang amat cepat, disinilah motorik kasar dan motorik halus anak berkembang. Motorik kasar yaitu kegiatan yang melibatkan otot-otot dan tubuh anak, seperti melompat, berlari, dan memanjat. Motorik halus contohnya adalah seperti memasang kancing baju. Perkembangan kognitif anak bisa berkembang yaitu dengan bermain yang melibatkan misalnya dengan mnggunakan permainan edukatif. Bermain juga bisa melibatkan interaksi antar anak yang satu dengan anak lain sehingga anak dapat beradaptasi dan juga belajar bersosialisasi dengan lingkungannya.
            Bermain adalah dunia kerja anak usia pra sekolah dan menjadi hak setiap anak untuk bermain, tanpa dibatasi usia. Melalui bermain anak mampu mengambil manfaat tertama bagi perkembangan aspek fisik-motorik, kecerdasan dan sosial emosional. Aspek-aspek tersebut saling berkaitan satu sama lain. Perkembangan terjadi melalui bermain karena bermain adalah aktivitas yang menyenangkan dan merupakan kebutuhan yang sudah melekat (inherent) dalam diri setiap anak. Dalam bermain juga anak merasakan perasaan yang sangat menyenangkan karena melakukan aktivitas bermain tersebut tanpa paksaan. Bermain juga merupakan sarana pembelajaran formal dan informal. Bermain  juga memiliki manfaat dalam mengembangkan keterampilan anak sehingga anak siap untuk menghadapi lingkungan dan memiliki bekal untuk melanjutkan pendidikan formalnya kelak.
            Dalam pembahasannya, bermain pada anak usia dini memiliki banyak sisi untuk dikaji, baik itu dari peralatan, karakteristik bermain anak, jenis permainan, tahap perkembangannya dan lain sebagainya. Akan dikaji dalam makalah berikut ini.

Landasan Teori
Piaget dalam Mayesty (1990:42) mengatakan bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan/kepuasan bagi diri seseorang, sedangkan Parten dalam Dockett dan Fleer (2000:14) memandang kegiatan bermain sebagai sarana sosialisasi, diharapkan melalui bermain dapat memberi kesepakatan anak bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Selain itu, kegiatan bermain dapat membantu anak mengenal diri sendiri, dengan siapa ia hidup serta lingkungan tempat di mana ia hidup.
            Dockett dan Fleer (2000:41-44) berpendapat bahwa bermain merupakan kebutuhan bagi anak, karena melalui bermain anak akan memperoleh pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya. Bermain merupakan suatu aktivitas yang khas dan sangat berbeda dengan aktivitas lain seperti belajar dan bekerja yang selalu dilakukan dalam rangka mencapai suatu hasil akhir.
Eheart dan Leavit mengatakan bahwa pembelajaran dapat mengembangkan berbagai potensi pada anak, tidak saja pada potensi fisik, tetapi juga pada perkembangan kognitif, bahasa sosial,emosi,kreativitas dan pada akhirnya prestasi akademik. Sehingga dapat diidentifikasikan bahwa fungsi bermain antara lain :
·      dapat memperkuat dan mengembangkan otot dan koordinasinya melalui gerak, melatih motorik halus, motorik kasar dan keseimbangan, karena ketika  bermain fisik bagi anak juga belajar bagaimana kinerja tubuh
·      dapat mengembangkan keterampilan emosinya, rasa percaya diri pada orang, kemandirian dan keberanian untuk berinisiatif, karena saat bermain anak  sering berpura-pura menjadi orang lain, binatang atau karakter orang lain. Anak juga belajar melihat dari sisi orang lain (empati)
·      dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya, karena melalui bermain anak seringkali melakukan eksplorasi terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya sebagai wujud rasa keingintahuannya
·      dapat mengembangkan kemandirinannya dan menjadi dirinya sendiri, karena melalui bermain anak selalu bertanya, meneliti lingkungan, belajar mengambil keputusan, berlatih peran social sehingga anak menyadari kelebihannya.   

Jenis bermain dapat digolongkan kedalam berbagai jenis permainan seperti yang diungkapkan Jefree, Conkey, dan Hewson, yakni permainan eksploratif (explatory play), permainan dinamis (energetic play), permainan dengan keterampilan (skillfull play), permainan social (social play), permainan imajinatif (imaginative play) dan permainan teka-teki (puzzle-it-out play).
            Menurut pemamaparan Lopes dalam tulisannya yang berjudul “Creative Play Helps Children Grow” permainan dapat diklasifikasikan dalam:
1.      Kreasi terhadap objek (object creation) pembelajaran dimana anak melakukan kreasi tertentu pada suatu objek seperti menggabungkan potongan-potongan benda sehingga menjadi bentu mobil-mobilan.
2.    Cerita bersambung (Continuing story) pembelajaran diamana guru memulai awal cerita dan setiap anak menambahakan cerita selanjutnya bagian per bagian cerita dengan buku besar (big book).
3.    Gerakan kreatif(creative movement) pembelajaran yang lebih menggunakan otot-otot besar seperti permainan aku seorang pemimpin di mana anak melakukan gerakan tertentu dan anak lain mengikutinya/berpantomim atau kegiatan membangun pasir, lumpur dan atau tanah liat.
4.    Permainan drama kreatif (Creative dramatic play) berupa permainan dimana anak dapat mengekspresikan diri melalui peniruan terhadap tingkah laku orang, hewan ataupun tanaman, hal ini dapat membantu mereka memahami dan menghadapi dunia seperti bermain peran dokter-dokteran.
5.    Pertanyaan kreatif (creative question) yang berhubungan dengan pertanyaan terbuka, menjawab pertanyaan dengan sentuhan panca indra, pertanyaan tentang perubahan, pertanyaan yang membutuhkan beragam jawaban, pernyatan yang berhubungan dengan suatu proses atau kejadian
Berkaitan dengan kasus Nadia, kami memutuskan untuk melakukan observasi ke TK Bunayya II untuk mencari tahu, adakah penerapan jenis permainan seperti yang diungkapkan oleh teori Jefree, Conkey, dan Hewson. Yang diharapkan dapat membantu perkembangan perkembangan fisik, kognitif, emosional, dan psikososial anak usia pra sekolah.

Alat dan Bahan :
1.        Kamera
2.       Notes
3.       Alat tulis
4.       Panduan Observasi
5.       Data Checklist
Analisis Data :
Data yang didapatkan dari observasi di TK Bunayya II menggunakan panduan teori bermain yang dapat digolongkan kedalam berbagai jenis permainan seperti yang diungkapkan Jefree, Conkey, dan Hewson, yakni permainan eksploratif (explatory play), permainan dinamis (energetic play), permainan dengan keterampilan (skillfull play), permainan social (social play), permainan imajinatif (imaginative play) dan permainan teka-teki (puzzle-it-out play) juga dengan klasifikasi permainan oleh pemamaparan Lopes dalam tulisannya yang berjudul “Creative Play Helps Children Grow” . Data observasi dibandingkan dengan teori. Apakah semua tipe permainan menurut teori ada di TK Bunayya II tersebut.

Objek atau Subjek :
Objek dalam observasi di peroleh dari TK Bunayya II, sedangkan subyek data yang diambil diperoleh dari salah satu murid dari TK tersebut, yang bernama Nadia, berusia 5 tahun yang sedang menjalani pendidikan dengan tingkat Nol Besar pada TK tersebut.

Jadwal Pelaksanaan :
Time Table

No.

uraian
April
2
April
3
April
4

Mei
1
Mei
2
Mei
3
1
Penentuan topik dan judul proyek, dan teori yang dipilih

  
   x





2
Penyusunan pendahuluan, landasan teori, serta alat dan bahan


  
   x




3
Menanyakan kesediaan TK Bunayyah untuk menjadi objek observasi



   x




4
Menentukan hari kunjungan


   x




5
Melakukan kunjungan observasi ke TK



   x



6
Menganalisis data




  x


7
Mengedit keseluruhan proyek




  x


8
Membuat poster





  x

9
Tahap pelaporan dan evaluasi





  x

10
Memosting ke blog






  x

Kalkulasi Biaya :
-          Reward untuk peserta yang di observasi     : Rp 50.000,-
-          Transportasi                                                    : Rp 25.000,-

PELAKSANAAN
            Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal Kamis,28 April 2011 pukul 09.00 WIB. Bertempat di TK BunayyaII . Setiap anggota kelompok berkumpul di kampus pada pukul 08.30 WIB. Lalu berangkat bersama menuju TK Bunayya II. Terlebih dahulu kelompok memeriksa apa saja yang harus dipersiapkan, seperti kamera, panduan checklist, alat tulis, notes, serta reward yang akan diberikan pada subyek observasi. Setibanya di tempat, kelompok langsung menjumpai staf pengajar di TK tersebut. Lalu beliau memperkenalkan kelompok kepada murid-murid di TK tersebut. Keadaan kelas yang di tujukan beliau, terlihat rapi, teratur dan suasana kelas cukup tenang.
            Sebelumnya kelompok telah menentukan subjek penelitian pada salah seorang murid di TK tersebut, yang bernama Nadia. Alasan mengapa kelompok memilih Nadia sebagai subjek penelitian, karena mendapatkan cerita mengenai tingkah laku Nadia, dari saudara salah satu anggota kelompok, yang kebetulan satu kelas dengan Nadia.
            Awal perjumpaan kami dengan Nadia, dia terlihat takut. Namun kemudian setelah beberapa saat, ketika kelas diberikan permainan, Nadia hanya terlihat diam saja begitu juga dengan beberapa anak lainnya. Seperti tidak ada ketertarikan dengan permainan yg sedang berlangsung. Lalu mulailah kelompok mengobservasi perilaku-perilaku yang tunjukkan Nadia dan teman-temannya.
            Setelah memperoleh data yang kelompok inginkan, tiba saat memberikan reward kepada murid-murid dikelas tersebut kemudian kelompok berpamitan dengan murid-murid serta pengajar yang ada pada saat itu dan kelompok mengambil beberapa poto di TK tersebut.

PELAPORAN DAN EVALUASI
Laporan :
Dari hasil observasi terlihat bahwa tidak keseluruhan jenis bermain seperti yang diungkapkan oleh teori Jefree, Conkey, dan Hewson juga dengan klasifikasi permainan oleh pemamaparan Lopes dalam tulisannya yang berjudul “Creative Play Helps Children Grow” diaplikasikan di TK Bunayya II. Dimana hanya terlihat bermain jenis permainan dinamis (energetic play), kreasi terhadap objek (object creation) pembelajaran dimana anak melakukan kreasi tertentu pada suatu objek seperti menggabungkan potongan-potongan benda sehingga menjadi bentu mobil-mobilan. Dan Pertanyaan kreatif (creative question) yang berhubungan dengan pertanyaan terbuka, menjawab pertanyaan dengan sentuhan panca indra, pertanyaan tentang perubahan, pertanyaan yang membutuhkan beragam jawaban, pernyatan yang berhubungan dengan suatu proses atau kejadian. Tidak terlihat jenis bermain Cerita bersambung (Continuing story), Gerakan kreatif(creative movement), Permainan drama kreatif (Creative dramatic play).
Dari hal tersebut ditarik kesimpulan kurangnya interaksi guru dan murid, dimana pada pola bermain cerita bersambung, guru dan murid berinteraksi membentuk suatu cerita, yang akan menjalin kenyamanan berbicara juga lebih dapat mengekspresikan apa yang dipikirkan melalui kata-kata.  Dalam gerakan kreatif yang banyak melibatkan kebersamaan antar murid, di TK Bunayya II ini malah tidak diterapkan. Permainan drama kretaif juga, untuk melatih anak keluar dari zona aman mereka, mengekspresikan dalam bentuk kata dan gerakan dan saling berinteraksi antar murid. Dan selama observasi berlangsung, ternyata tidak hanya Nadia yg mengalami permasalahan dalam berinteraksi dengan teman nya. Berarti hal ini dapat disimpulkan bahwa kurangnya pola bermain yang aplikatif diterapkan di TK Bunayya II ini.  Diharapkan kedepannya para guru mulai mencari suasana dan cara mengajar dan bermain yang lebih dapat membantu perkembangan anak usia pra sekolah.


Poster :


Evaluasi :
Proyek observasi yang kelompok lakukan sebenarnya sudah sesuai dengan perencanaan serta sistematis namun terdapat kendala terhadap waktu selama pengerjaannya karena harus menyesuaikan waktu kuliah dan jadwal observasi.  kebetulan dua dari anggota kelompok sudah mendapatkan pengalaman sebelumnya yang sangat membantu daam pengerjaan proyek observasi ini, Observasi dilakukan dengan sedemikian rupa sehingga data yang diperoleh sesuai yang diinginkan walaupun terdapat hambatan pada saat pertama kali melakukan obervasi namun hal itu merupakan hal yang wajar karena merupakan pengadaptasian terhadap lingkungan baru bagi kelompok dan juga murid pada TK Bunayya II.

Testimoni

Ester Hotmauli  T : Dalam penelitian ini, saya merasa bahwa penelitian ini sudah benar-banar kami kerjakan dengan baik dan besungguh-sungguh. Dimana walaupun jadwal kuliah setiap anggota berbeda, kami selalu bersama-sama menyempatkan waktu untuk berdiskusi. Semoga penelitian ini benar-benar bermanfaat bagi pembaca.
Dini Arini : Dalam proyek ini saya dan kelompok mengalami banyak gangguan tidur karena mengalami kesulitan dalam membuat poster, karena smua anggota kelompok tidak ada yg dapat menggunakan adobe, corel draw ataupun segala sesuatu yg berhubungan dalam pembuatan poster. Selebihnya menyenangkan.
Febri Jayanti : Ini adalah kali pertama saya melakukan observasi dan menurut saya lumayan banyak hambatan dari penelitian observasi yang dilakuakan serta pengerjaan membuat laporan dan sebagainya namun proyek observasi dari mata kuliah pendidikan ini benar-benar menambah pengalaman dan mengasah keterampilan sebagai mahasiswi.
“Proyek observasi yang kelompok lakukan tidak selalu berjalan mulus terdapat banyak hambatan terutsama pengaturan jadwal dari anggota kelompok, namun secara keseluruhan pengerjaan ini mengasyikkan karena pengetahuan kelompok bertambah selain juga menambah pengalaman dalam penelitian observasi ini”

Dokumentasi


Daftar Pustaka
Santrock., J.W. (2008). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Prenada Media Group
Sujiono, Yuliani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak usia Dini. Jakarta: PT. Indeks
Patmonodewo, Soemiarti. 2000. Pendidikan Anak Pra Sekolah. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Tedjasaputra, Mayke. 2001. Bermain, Mainan, dan Permainan untuk Pendidikan Usia Dini. Grasindo

Senin, 09 Mei 2011

Andragogi


Apa andragogi? Dan apa perbedaannya dengan paedagogi?

Andragogi adalah proses untuk melibatkan peserta didik dwasa ke dalam suatu struktur pengalaman blajar. Istilah ini awalnya digunakan oleh Alexander Kapp, seorang pendidik darri Jerman, di tahun 1833, dan kemudian dikembangkan menjadi teori pendidikan orang dewasa oleh pendidik Amerika Serikat, Malcolm Knowles ( 1913- 1997).
Andragogi berasal dr bhsa yunani yang berarti mengarahkan orang dewasa dan berbeda dengan istilah yang lebih umum digunakan, yaituu pedagogi yang asal katanya berarti mengarahkn anak-anakk
Teori Knowles tentang andragogi dapat diungkapkan dalam empat postulat sederhana:
  1. Orang dewasa perlu dilibatkan dalam perencanaan dan evaluasi dari pembelajaran yang mereka ikuti (berkaitan dngan knsep diri dan motifasi untuk belajar).
  2. Pengalaman (termasuk pengalaman berbuat salah) menjadi dasar untuk aktivitas belajar (konsep pengalaman).
  3. Orang dewasa paling berminat pada pokok bahasan belajar yang mempunyai relevansi langsung dengan pekerjaannya atau kehidupan pribadinya (Kesiapan untuk belajar).
  4. Belajar bagi orang dewasa lebih berpusat pada permasalahan dibanding pada isinya (Orientasi belajar).
Istilah andragogi telah digunakan untuk menunjukkan perbedaan antara pendidikan yang diarahkan diri sendiri dengan pendidikan melalui pengajaran oleh orang lain
Untuk memahami perbedaan antara pengertian pedagogi dengan pengertian andragogi yang telah dikemukakan, harus dilihat terlebih dahulu empat perbedaan mendasar, yaitu : 

1.      Citra diri
Citra diri seorang anak-anak adalah bahwa dirinya tergantung pada orang lain. Pada saat anak itu menjadi dewasa, ia menjadi kian sadar dan merasa bahwa ia dapat membuat keputusan untuk dirinya sendiri. Pada proses andragogi, hubungan itu bersifat timbal balik dan saling membantu. Pada proses pedagogi, hubungan itu lebih ditentukan oleh guru dan bersifat mengarah.

2.      Pengalaman
Orang dewasa dalam hidupnya mempunyai banyak pengalaman yang sangat beraneka. Pada anak-anak, pengalaman itu justru hal yang baru sama sekali.Anak-anak memang mengalami banyak hal, namun belum berlangsung sedemikian sering. Dalam pendekatan proses andragogi, pengalaman orang dewasa justru dianggap sebagai sumber belajar yang sangat kaya. Dalam pendekatan proses pedagogi, pengalaman itu justru dialihkan dari pihak guru ke pihak murid. Sebagian besar proses belajar dalam pendekatan pedagogi, karena itu, dilaksanakan dengan cara-cara komunikasi satu arah, seperti ; ceramah, penguasaan kemampuan membaca dan sebagainya. Pada proses andragogi, cara-cara yang ditempuh lebih bersifat diskusi kelompok, simulasi, permainan peran dan lain-lain. Dalam proses seperti itu, maka semua pengalaman peserta didik dapat didayagunakan sebagai sumber belajar.

3.      KesiapanBelajar
Perbedaan ketiga antara pedagogi dan andragogi adalah dalam hal pemilihan isi pelajaran. Dalam pendekatan pedagogi, gurulah yang memutuskan isi pelajaran dan bertanggung jawab terhadap proses pemilihannya, serta kapan waktu hal tersebut akan diajarkan. Dalam pendekatan andragogi, peserta didiklah yang memutuskan apa yang akan dipelajarinya berdasarkan kebutuhannya sendiri. Guru sebagai fasilitator.

4.      Nirwana Waktu dan Arah Belajar
Pendidikan seringkali dipandang sebagai upaya mempersiapkan anak didik untuk masa depan. Dalam pendekatan andragogi, belajar dipandang sebagai suatu proses pemecahan masalah ketimbang sebagai proses pemberian mata pelajaran tertentu. Karena itu, andragogi merupakan suatu proses penemuan dan pemecahan masalah nyata pada masa kini. Arah pencapaiannya adalah penemuan suatu situasi yang lebih baik, suatu tujuan yang sengaja diciptakan, suatu pengalaman pribadi, suatu pengalaman kolektif atau suatu kemungkinan pengembangan berdasarkan kenyataan yang ada saat ini. Untuk menemukan "dimana kita sekarang" dan "kemana kita akan pergi", itulah pusat kegiatan dalam proses andragogi. Maka belajar dalam pendekatan andragogi adalah berarti "memecahkan masalah hari ini", sedangkan pada pendekatan pedagogi, belajar itu justru merupakan proses pengumpulan informasi yang sedang dipelajari yang akan digunakan suatu waktu kelak.olm Knowles menyatakan bahwa apa yang kita ketahui tentang belajar selama ini adalah Andragogi dan Pedagogi.

Daftar Pustaka
http://forum.um.ac.id/index.php?topic=1690.0

Paedagogi

Apa Paedagogi? kapan seorang anak dibilang masuk dalam kawasan paedagogi?

Paedagogik berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu paedos (anak) dan agogos (mengantar, membimbing, memimpin). Dari dua istilah tersebut timbul istilah baru yaitu paedagogos dan pedagog, keduanya memiliki pengertian yang hampir serupa, yaitu sebutan untuk pelayan pada zaman Yunani kuno yang mengantarkan atau membimbing anak dari rumah ke sekolah setelah sampai di sekolah anak dilepas, dalam pengertian pedagog intinya adalah mengantarkan anak menuju pada kedewasaan.

Istilah lainnya yaitu Paedagogia yang berarti pergaulan dengan anak, Pedagogi yang merupakan praktek pendidikan anak dan kemudian muncullah istilah Pedagogik yang berarti ilmu mendidik anak 

Malcolm Knowles menyatakan bahwa apa yang kita ketahui tentang belajar selama ini adalah merupakan kesimpulan dari berbagai kajian terhadap perilaku kanak-kanak dan binatang percobaan tertentu. Pada umumnya memang, apa yang kita ketahui kemudian tentang mengajar juga merupakan hasil kesimpulan dari pengalaman mengajar terhadap anak-anak. Sebagian besar teori belajar-mengajar, didasarkan pada perumusan konsep pendidikan sebagai suatu proses pengalihan kebudayaan. Kemudian Pedagogi mengandung arti memimpin anak-anak atau perdefinisi diartikan secara khusus sebagai "suatu ilmu dan seni mengajar kanak-kanak". Akhirnya pedagogi kemudian didefinisikan secara umum sebagai "ilmu dan seni mengajar"
 
Jelaslah bahwa Pedagogik terbatas pada ilmu pendidikan anak atau ilmu mendidik anak. Menurut M.J. Langeveld, pendidikan baru terjadi ketika anak telah mengenal kewibawaan, maka ketika itulah seorang anak masuk dalam kawasan pedagogik, syaratnya yaitu terlihat pada kemampuan anak memahami bahasa,  karena sebelum itu dalam pedagogik anak tidak disebut telah dididik yang ada adalah pembiasaan. Sedang batas atasnya yaitu ketika anak telah mencapai kedewasaan atau bisa disebut orang dewasa.

Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Paedagogi
http://forum.um.ac.id/index.php?topic=1690.0

Selasa, 26 April 2011

Perbedaan Psikologi sekolah dan Psikologi pendidikan

Psikologi sekolah adalah salah satu wilayah terapan psikologi. Psikologi sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi. Yang bertujuan untuk membentuk mind set anak.  Psikolog sekolah biasanya bekerja sebagai penyedia layanan bimbingan dan konseling di sekolah yang mana bertujuan untuk menekankan peningkatan pekembangan dan penyesuaian diri sebagai sarana preventif. Idealnya psikolog sekolah menunjukkan kompetensi dalam berbagai ranah. Dlam kenyataan tidak semua konselor memiliki semua kompetensi, kompotensi tersebut seperti, managemen kelas, komunikasi dan konsultasi antar pribadi, keterampilan afektif, keterlibatan orang tua, struktur organisasi dan kelas, pengembangan dan perencanaan system, dll.
Disamping pengetahuan mengenai dasar dan sinamika kepribadian manusia dalam budayanya, serta proses proses yang terlibat dalam system pendidikan, berikut adalah beberapa tuntutan lain,
  •   Menguasai dasar-dasar serta falsafah bimbingan dan konseling
  •   Mahir dan trampil dalam pengumpulan datadan interpretasinya ( tes, wawancara, observasi,  penggunaan inventori, dsbg.)
  •    Memahami teori dan dapat mempraktekkan konseling individual maupun kelom
  •    Memahami teori perkembangan vokasional dan praktek atau penerapan bimbingan vokasional
  •    Mampu mempraktekkan etika profesi
  •    Mahir dalam statistic dan metode penelitian pendidikan 
  •    Kaya akan informasi mengenai system pendidikan
  •   Terampil menangani kasus karena telah terlatih melalui magang atau program profesi dengan supervisi.
Psikologi pendidikan adalah ilmu yang lebih berprinsip dalam proses pengajaran yang terlibat dengan penemuan – penemuan dan menerapkan prinsip – prinsip dan cara untuk meningkatkan keefisien di dalam pendidikan.  Orang yang meneliti masalah-masalah yang dialami siswa dalam pendidikan yang mencakup masalah kesulitan belajar serta masalah emosi dan social disebut psikolog pendidikan.
Psikolog pendidikan berperan antara lain:
  • ·         Psikologi pendidikan memberikan kontribusi penting dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh pendidik dalam merumuskan tujuan pembelajaran 
  • psikologi pendidikan memberikan kontribusi dengan cara membantu pendidik memperhatikan perilaku peserta didik sebelum pembelajaran dimulai, yakni menegnai kesiapannya untuk belajar dan cara-cara belajarnya.
  •  berbagai materi pembelajaran yang dipelajari oleh peserta didik mempersyaratkan adanya proses belajar yang berbeda maka disini psikolog pendidikan meneliti tentang penerapan perbedaan metode serta menemukan pemecahan proses belajar yang sesuai dengan individu
  • Strategi pembelajaran, psikolog pendidikan juga selalu menemukan hal baru dalam hal perkembanga zaman sehingga strategi yang diterapkan harus selalu diperbarui
  • Psikolog pendidikan membuat evaluasi pembelajaran, psikologi pendidikan memeberikan kontribusi tentang perumusan instrument evaluasi, pelaksanaan ujian, analisis hasil evaluasi, dan penafsiran hasil evaluasi.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa perbedaan psikologi seolah dengan psikologi pendidikan adalah:
psikologi pendidikan adalah  cabang ilmu psikologi yang mempelajari penemuan dan cara-cara agar pendidikan lebih efektif dan efisien yang kemudian cara-cara tersebut penerapannya secara psikologis dalam pendidikan bisa di apikasikan dengan baik. Sedangkan psikologi sekolah adalah ilmu terapan dari psikologi pendidikan yang lebih mengkhususkan diri lagi hanya di dalam lingkungan sekolah, dalam proses pembelajaran dan pengajaran dan lebih secara detail memahami jiwa dan perilaku manusia di dalamnya.


Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi#Wilayah_terapan_psikologi
Sukadji, S. (2000). Psikologi pendidikan dan psikologi sekolah. Depok : LPSP3 Fakultas Psikologi UI